Jumat, 07 Agustus 2009

Islam dan Golden Rule

By Ali Sina


Teman kita Robert Spencer dari Jihad Watch, sang pembela kebudayaan Barat yang pantang menyerah, mengirim padaku e-mail berikut dan memintaku untuk menjawab kritik seorang Muslim terhadap artikel yang kutulis empat tahun yang lalu bahwa tiada Hukum Emas (Golden Rule – perlakukan orang lain seperti dirimu sendiri ingin diperlakukan). Inilah bantahan Muslim dan jawabanku padanya.
=====================================================================

Baru² ini aku menemukan sebuah artikel di websitemu yang menyerang Islam dan Hukum Emas. Berikut adalah daftar bantahanku. Aku akan senang jika kau bisa menjawab.

Bukti literatur Islam akan Hukum Emas:
Al-Qur’an:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (Q 4:36)

(Malah sebenarnya Qur’an menyatakan lebih jauh dari Hukum Emas dengan memerintahkan di empat ayat untuk “membalas kejahatan dengan kebaikan.” (13:22, 23:96, 41:34, 28:54, 42:40))

Hadis Sahih Muslim:
Nabi Muhammad SAW berkata: “Tiada seorang pun daripada kamu yang beriman sampai kau mencintai tetanggamu seperti mencintai dirimu sendiri.”

Hadis Sahih Muslim:
Barangsiapa yang berharap bisa menghindar dari api neraka dan masuk surga … harus memperlakukan dirinya sama seperti dia sendiri ingin diperlakukan.

Empat Puluh Hadis – Nawawi
Tiada seorang pun dari kalian yang benar² beriman sampai dia berharap bagi saudara lakinya apa yang diharapkan bagi dirinya sendiri.

Musnad:
Tiada seorang pun daripadamu yang beriman jika dia makan kenyang sedangkan tetangganya tidak punya apapun.

Abu Daud:
Lakukan pada orang lain apa yang kau harap dilakukan terhadapmu; dan jangan lakukan pada orang lain apa yang tidak ingin diperlakukan terhadapmu.

Khotbah Terakhir dari Muhammad:
Jangan sakiti siapapun agar tiada seorang pun menyakitimu.

Ibn-Majah:
Dilarang menyakiti atau membalas dengan menyakiti.
====================================================================

JAWABAN A. SINA
Hai Robert,

Qur’an itu buku yang punya standard ganda. Memang benar ada perintah bagi Muslim untuk berbuat baik terhadap orang² miskin, pengelana, yatim piatu, dan orang sakit. Hal ini telah dapat diduga. Jika kau ingin membuat agama baru, kau memang harus dong khotbah yang bagus², karena jika tidak, maka tidak akan dapet pengikut. Agamamu tidak akan langgeng jika hanya mengajarkan yang buruk saja. Agar orang² mau jadi pengikutmu, kau harus mengajarkan apa yang menyenangkan bagi orang² dan dapat dengan mudah dikenal sebagai ajaran yang baik. Begitu mereka telah menerimamu sebagai nabi, guru, atau pembimbing rohani, maka kau bisa berbuat sesukahatimu dan para pengikutmu tidak berani menentangmu.

Perbedaan antara pembimbing rohani sejati dan yang palsu adalah konsistensi dari ucapan dan tindakan mereka. Ada beberapa ajaran Muhammad yang bisa dibandingkan dengan ajaran Yesus, tapi ajaran Yesus bersifat konsisten sedangkan ajaran Muhammad tidak. Bahkan seorang kriminal sekalipun bisa memberimu nasihat yang baik, tapi ini tidak berarti orang kriminal adalah orang baik.

Ketika aku masih kecil, ada siaran radio Iran yang bernama Kota dalam Kota Kita. Setiap minggu, produser radio itu akan mewawancarai tahanan hukuman mati dan kriminal ini akan menceritakan kisah hidupnya dan apa yang mendorongnya melakukan kejahatan. Di akhir program, produser akan bertanya padanya apakah penjahat itu punya nasehat untuk anak² muda. Biasanya para penjahat ini memberikan nasehat² yang terbaik. Mereka tahu sekali perbedaan yang benar dan yang salah. Aku ingat saat itu aku berpikir, jika saja orang² mengikuti nasehat penjahat ini, dia bisa menulis buku bimbingan yang terbaik. Tapi kata² baik tiada artinya jika tidak ditunjang dengan perbuatan baik pula. Malah yang membedakan orang baik dan jahat adalah besarnya perbedaan perkataan dan perbuatannya. Bahkan Obama sekalipun bisa berkuasa karena pidato hal² yang baik. Semua penipu ulung mahir dalam memanfaatkan emosi massa.

Kita bisa melihat hal yang baik dari ajaran² Jim Jones yang mendasarkan ajaran agamanya pada “keadilan sosial.” Dia bahkan mengadopis anak² dari berbagai ras untuk menunjukkan contoh yang baik.

Masalahnya dengan ajaran² baik Muhammad adalah hanya diterapkan pada sesama Muslim saja. Hadis yang menyatakan “Tiada seorang pun dari kalian yang benar² beriman sampai dia berharap bagi saudara lakinya apa yang diharapkan bagi dirinya sendiri” dimaksudkan bagi sesama Muslim saja.

Persaudaraan dalam Islam tidak mengikutsertakan kafir. Qur’an (9:23) menyatakan dengan jelas bahwa Muslim tidak usah berkawan atau berlindung pada ayah² dan saudara² mereka jika mereka memilih kekafiran daripada Islam. Malah banyak ayat² Qur’an yang memerintahkan Muslim untuk menindas dan membunuh kafir. Contoh jelas bahwa Islam itu tidak berlandaskan pada Hukum Emas terdapat di Q 48:29

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka,

Ayat ini menyatakan definisi fasisme dengan sempurna.

Banyak ayat² Qur’an lainnya yang menunjukkan persaudaraan dalam Islam tidak bersifat universal (terhadap semua orang). Orang² kafir tidak punya hak dan tidak diperlakukan sama seperti Muslim diperlakukan. Seluruh Qur’an malah menentang Hukum Emas. Qur’an memerintahkan Muslim untuk memancung kafir di manapun mereka dijumpai (2:191), tidak berteman dengan kafir (3:28), perangi dan tindas mereka (9:123), pancung kepalanya (47:4), dll. Apakah ayat² ini sesuai dengan Hukum Emas?

Islam adalah satu²nya doktrin yang memerintahkan umatnya untuk menjahati orang lain hanya karena mereka itu kafir.

Menurut Muslim, bukan Hukum Emas yang menentukan apa yang baik dan yang jahat, tapi apa yang dilakukan Muhammad. Mereka percaya bahwa apa yang baik bagi Islam merupakan akhlak tertinggi, dan apa yang jelek bagi Islam merupakan kejahatan terbesar. Begitulah definisi baik dan buruk dalam Islam. Memang beginilah etika semua ajaran sesat. Dari aliran sesat “Aum Shinrikyo” milik Asahara sampai “Kenisah Rakyat” milik Jim Jones; dari “Kesatuan Gereja” dari Sun Myung Moon sampai “Cabang Davidian” milik David Koresh, semuanya menyatakan kepentingan aliran itu berada di atas pengertian manusia apa yang baik dan yang salah. Untuk mengutamakan kepentingan aliran sesat itu, maka umat melakukan segala hal yang dihalalkan termasuk berdusta, membunuh, dan membantai. Tujuan akhirnya dijunjung sedemikian tinggi, sehingga cara² keji yang digunakan dianggap sah saja. Hal ini serupa dengan fasisme di mana untuk mengutamakan kepentingan negara, maka setiap warga harus tunduk total.

Ayat² Qur’an yang dikutip di atas tiada hubungannya dengan Hukum Emas.

Q 13:22 memerintahkan umat Muslim untuk bersabar dan bermurah hati dengan uangnya. Memang inilah yang diharapkan aliran sesat dari umatnya. Semakin besar pengorbanan yang diminta, semakin mudah pula umat itu dimanipulasi. Q 23:96 meminta Muslim menolak kejahatan, tapi pengertian terhadap kejahatan malah sesuai dengan perbuatan Muhammad. Q 41:34 adalah ayat Mekah di mana Muhammad dan umat Muslim adalah minoritas yang lebih lemah secara militer, dan di sini dia berkhotbah agar umatnya bersabar dan membalas kejahatan dengan kebaikan agar musuh² berbalik menjadi teman. Memang saat itu tidak bisa berbuat apapun lagi. Tapi perintahnya berubah setelah Muhammad jadi penguasa militer. Di Medinah, Muhammad membantai seluruh populasi hanya karena dia merasa mereka tidak bersikap ramah padanya. Q 28:54 adalah pengulangan Q 23:96 dan Q 42:40 mengatakan siapapun yang memaafkan dan berbuat baik akan menerima pahala dari Allâh. Akan tetapi, Muhammad tidak pernah memaafkan orang² yang mengejeknya. Contohnya bisa dilihat pada nasib Oqba yang sering mengejek Muhammad ketika di Mekah. Muhammad berhasil menangkapnya di Perampokan Badr, dan dia memerintahkan Oqba untuk dibunuh.
Oqba bertanya mengapa dia diperlakukan lebih berat daripada tawanan lainnya.
Muhammad menjawab, “Karena kau adalah musuh Allâh dan RasulNya.”
Oqba bertanya, “Bagaimana dengan anak perempuanku yang masih kecil? Siapa yang akan mengurusnya?” Muhammad menjawab, “Api neraka!” dan seketika itu pula Oqba dibunuh.
Muhammad senang sekali dan berkata, “ Orang sial dan penindas dia itu! Kafir tak percaya pada Allâh, RasulNya, dan bukunya! Aku berterima kasih pada Allâh yang telah membantaimu, dan karenanya menyamankan mataku.”
[ref. Sir William Muir: The Life of Mohamet, Vol. 3 Ch. XII, hal. 115-116]

Bagaimana kau bisa menunjukkan khotbah Muhammad terakhir yang menyatakan, “Jangan sakiti siapapun, agar tiada seorang pun yang menyakitimu” sedangkan di ranjangnya ketika hampir mati dia berkata, “Tidak diijinkan ada dua agama di Arabia.” Dengan perintah ini dia menekankan pemaksaan beragama Islam, pengenyahan orang² Yahudi, Kristen, dan pagan dari daerah Arabia.

Sura 9 yang merupakan Sura terakhir Muhammad, merupakan manifesto diskriminasi dan penindasan hak azasi manusia. Sura ini saja sudah membuktikan bahwa Islam bertentangan dengan Hukum Emas.

Persyaratan pertama untuk merasakan rasa sakit dan penderitaan orang lain adalah menerima kenyataan bahwa orang lain pun punya perasaan seperti kita dan mereka pun merasa sakit seperti kita pula. Jika kita menyangkan perasaan² ini dari orang alin, maka kita pun tidak punya rasa ragu atau kasihan untuk menindas mereka. Muhammad menyatakan semua orang yang tak percaya pada Allâh merupakan makhluk² terburuk. Dia bahkan berkata bahwa semua kafir akan masuk neraka di mana mereka akan disiksa selamanya. Jika sudah begitu, bagaimana Muslim bisa berlaku baik terhadap kafir yang mereka percayai sebagai makhluk terburuk dan layak disiksa abadi di neraka?

Tiada satupun keterangan dari Qur’an dan ahadis yang meyakinkan kita bahwa Islam itu sesuai dengan Hukum Emas.



Sumber : http://indonesia.faithfreedom.org/forum/the-golden-rule-5-artikel-t25/

Baca Juga Yang Berikut



0 komentar: